Resensi Buku – Naked Traveler Anthology

Beberapa waktu yang lalu saya tertarik dengan sebuah buku ijo di toko buku yang agak eye catching sampulnya “The Naked Traveler Anthology” dgn dominasi sampul warna ijo, tiga icon tas punggung yang menghiasi sampulnya dan tulisan putih dengan background kuning membuat saya mulai baca-baca dan akhirnya membawanya ke rumah.

CYMERA_20140726_191154

Label trinity di kompilasi penulis ditaruh di paling depan membuat saya tertarik bagaimana sih mbak trinity itu menceritakan pengalamannya yang selalu menarik dibaca untuk para globetrotter karena bagaimana dia menaklukan banyak negara dengan paspor warna ijo tentu saja inspiring bagi saya yang berjiwa petualang tinggi tapi berdompet (masih) tipis ini.

Mula-mula saya pikir ini guidance untuk ‘berperilaku’ dalam menghadapi kondisi yang memang sering-seringnya serba tidak pasti, tapi ternyata saya salah. Buku ini ditulis dalam bahasa para traveler yang apa adanya, menceritakan pengalaman-pengalaman yang mungkin akan sangat membantu untuk mengetahui sisi-sisi lain dari sebuah perjalanan. Yang kemudian join dalam penulisan buku ini pun ternyata cukup beragam dari berbagai macam profesi, dari polisi, eksekutif, ibu rumah tangga, ahli geofisika, pegawai yang menyebut dirinya biasa, manusia jenis LSM, hingga ekspatriat yang sudah lama tidak tinggal di Indonesia. Sudah menarik duluan melihat berbagai macam latar belakang penulis yang tentu saja membuat gaya penuturannya juga berlain-lainan.

Jangan harap akan ada cerita detail tentang obyek wisata tertentu di negara A di daerah B atau tips-tips mau kemana aja. Buku seperti itu memang sudah cukup banyak di pasaran dan terkadang hanya perlu ketika kita akan mengunjungi daerah itu. Buat saya buku ini lebih inspiring dari itu….

Sering kan dititipin oleh-oleh? nah, gimana menolak, gimana memfilter oleh-oleh apa yang harus diiyain dan harus ditolak, atau gimana cara membelikan oleh-oleh yang pas buat orang tertentu justru dibahas disini. sesuatu yang sebenarnya lebih kita butuhkan daripada tips dimana membeli oleh-oleh di suatu daerah itu sendiri.

Ada juga tulisan mengenai ‘sampah’ liburan. Saya sendiri yang hobby banget membuang sampah-sampah di rumah ternyata suka banget mengumpulkan’sampah’ liburan. Mulai dari tiket kereta lokal, brosur, sampai brosur rumah dalam abjad yang bulet-bulet ga bisa dibaca justru saya kumpulkan. Untuk yang hobby ngasih oleh-oleh, ada juga sih tips mengincar barang super murah di negara super mahal di….Dubai! Lengkap di dalam buku ini.

Buku ini justru bisa membuat saya kepo tanpa harus memamerkan betapa indahnya atau betapa buruknya sebuah tempat, browsing-browsing mengenai harga air mineral botol di Los Angeles, mencari rute pantai sipelot di Malang, atau berjam-jam mencari artikel mengenai apa saja yang bisa dibeli di dubai karena membaca artikel mengenai pasar loak di lobby hotel supermewah di Dubai, yang konon penjual loakannya membawa barang dagangannya dengan ferrari. Padahal saya sendiri sebelumnya belum pernah berpikiran mau ke Dubai.

Ya menurut saya itulah menariknya buku ini. Bukan pamer perjalanan mereka, tetapi inspirasi untuk mengetahui lebih jelas apa saja sih yang bisa terjadi di perjalanan dan apa yang benar-benar menjadikan kita bisa merasa sangat ‘lokal’ di tempat yang sangat jauh dari rumah. Sepertinya memang harus membaca sendiri, supaya detil-detil penceritaannya tertangkap dalam otak kita. Saya yang merasa sudah kehilangan hobby membaca pun bisa habis membaca buku yang ditulis dalam bahasa ringan namun tetap bikin saya ngakak-ngakak dan juga ingin tahu dengan apa yang membuat mereka ‘tertimpa’ kondisi extraordinary yang bahkan belum pernah saya bayangkan sebelumnya.

3 responses to “Resensi Buku – Naked Traveler Anthology

  1. wah-wah… sesama penulis saingan dong :P. tp emang si mpok yang satu ruar biasa. pernah statement dia keluar ketika diwawancarai di salah satu stasiun tv mengatakan “kalo saya gak jalan-jalan,berarti masih cuti”. hmm… ternyata jalan-jalan dia jadi duit berlimpah melalui tulisannya.

Leave a comment