Kalau berkesempatan mengunjungi Sulawesi Selatan, coba sebelumnya browsing mengenai Obyek Wisata Rammang-rammang. Karst atau topografi kapur terbaik nomer dua di dunia ini memang belum banyak dikenal oleh orang. Letaknya relatif dekat dengan Bandara Sultan Hasanuddin, Obyek Wisata Rammang-rammang menurut saya sangat layak untuk dikunjungi. Obyek Wisata Rammang-rammang berada di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, sekitar 45 menit dari Bandara Udara Sultan Hasanuddin menuju ke arah Pangkep.
Dari simpang lima bandara, kita dapat menuju Rammang-rammang dengan angkot biru jurusan Daya – Pangkep, kita cukup membayar lima ribu rupiah dan turun di Bontoa. Dari tepian jalan, kita bisa masuk ke Obyek Wisata Rammang-rammang dengan menaiki ojek dengan biaya 10 ribu sampai 15 ribu.
Di Rammang-rammang, kita dapat memilih dermaga mana yang akan dipilih untuk menaiki perahu motor untuk menuju ke dermaga 3, yaitu dermaga finish di desa Berau. Dermaga 1 mempunyai lintasan lebih panjang untuk ke dermaga 3 dibandingkan dengan dermaga 2.
Untuk menyusuri sungai, kita akan dikenakan biaya yang sebenarnya tidak terlalu murah, yaitu 300 ribu per kapal yang dapat dimuat 4-5 orang. Perahu motor akan melaju selama lebih kurang 20 menit untuk menuju Desa Berua yang memiliki keindahan alam luar biasa itu.
Sepanjang jalur sungai yang kami lewati, pemandangan alamnya sangat memanjakan mata. Bukit-bukit kapur yang berlubang-lubang menyembul diantara pepohonan palem yang tumbuh di rawa rawa gambut. di tepi kiri kanan satu dua kali akan tampak rumah tradisional sulawesi selatan menyatu dengan keindahan alam. Tepat sebelum kita berhenti di dermaga tiga, kita akan menyusuri sungai di tengah tengah meja padas kapur hasil abrasi aliran air sungai selama ribuan tahun.
Desa Berua berada di tengah perbukitan kapur dengan pemandangan yang mirip-mirip dengan cadas di Toraja. Saya sempat terpana melihat keadaan alam yang sangat indah ini. 14 kepala keluarga yang berada di lembah Sungai Pute ini benar-benar menjaga alamnya sehingga masih seperti kondisi ratusan tahun lalu sebelum disentuh manusia. Satu dua rumah yang menyembul diantara hijaunya pepohonan ini melengkapi pemandangan hingga nampak seperti lukisan. Oh iya, untuk masuk ke Desa Berua ini pengunjung hanya ditarik bea masuk sebesar Rp. 5000 saja.
Terdapat beberapa rumah makan yang menyediakan makan dengan pemandangan yang menakjubkan ini. Sayang sekali saya mengunjungi Rammang-rammang ini pada saat puasa sehingga tidak dapat menikmati lezatnya makanan lokal disana.
Setelah puas berfoto di bukit bendera dan duduk di balai balai yang disediakan, kami kembali ke dermaga dua untuk melanjutkan perjalanan ke Bantimurung, salah satu obyek wisata andalan Sulawesi Selatan di Bulusaraung. Di perjalanan pulang, jangan lupa untuk berfoto di bukit bukit kapur berwarna hitam legam yang menjulang di tengah areal persawahan. Suatu pemandangan kontras yang menarik….
Kethok seruuu pas naik kapal e. Beneran nggak kalah ama luar negerihhh. Mbiyen cuma sempat ke Bantimurung trus balik Makassar lagi. 😀
Waaaa lengkaps bangeeet. Dan bebek bebeknya itu juaraaaang banget di poto poto rammang rammang orang
Semoga kesampean deh suatu saat mampir sini kalo mudik. Pernah ada penulis tamu di tempet aku nulis ini, dan aku nya malah belom pernah ke situ. Hiks
itu pas gerimis langsung lari larian biar ada bebek bebeknya ga pada lari…hahaha
suka sekali ama rammang-rammang
Bagus bgt yaaa, sejuk kayaknya?
ihh belum sempet ke sini….pengen banget 😦
btw makasih ya kak, di sela-sela kesibukan nyanyi masih sempet bikin ulasan yg lengkap buat referensi kalo suatu saat ke sana….
wah keren banget, pengen kesini bro rasanya..suka sama tebing-tebingnya itu lho sejuk
Saya juga suka banget sama Rammang-rammang ini, pengen balik buat nginap beberapa malam di Berua 🙂
eh ,apa ada tmpt nginapnyakah di berua? kok kyk ga ngeliaat ya
Sepertinya belum ada yang murni penginapan Mas, tapi bisa dikondisikan menginap di rumah penduduk Berua 🙂