Laos! Saya menyelesaikan ASEAN akhirnya setelah tiga tahun. Memang kalah cepat dengan teman satu grup saya, eki okamura (www.initial-hkos.blogspot.com) yang ambisius memperlombakan mengkhatamkan ASEAN diantara teman teman di grup traveler yang kami bentuk. Kali ini saya memasukkan Laos dari perjalanan saya ke Bangkok. Ceritanya sekalian karena Laos paling mudah ditempuh dari Bangkok dibanding kota-kota lain di negara sekeliling Laos.
Melanjutkan cerita sebelumnya tentang jalan darat dari Bangkok ke Perbatasan Laos akhirnya saya sampai ke hotel saya di Sihome Hostel di Jalan Sihome yang terletak relatif strategis dengan obyek obyek wisata di Kota Vientiane. Ada apa di Vientiane? Jangan harapkan sebuah kota hiruk-pikuk yang ramai seperti Bangkok, Kuala Lumpur, Manila atau Jakarta yang statusnya sama-sama adalah ibukota negara. Vientiane cenderung tenang dengan tidak terlalu banyak aktivitas publik.
Panas! Itu yang pertama kali terasa di Vientiane. Kotanya walau banyak pohon dan tidak terlalu banyak kendaraan bermotor tetap disinari matahari yang lebih dari rata-rata. Tapi, karena sebelum ke Vientiane kami mengunjungi Bangkok yang saat itu suhunya hingga 37′ C, maka Vientiane terasa lebih adem dan sejuk, terutama ketika malam hari. Jalan-jalannya sedikit mirip dengan Siem Reap di Cambodia namun dengan lebih sedikit debu yang berseliweran di depan mata.
Saya sedikit kaget dengan biaya hidup yang (mungkin tinggi untuk turis) terasa mahal disana. Mata uang Kip yang hanya 1,65 x lipat dari nilai rupiah itu melambung tinggi untuk setiap pengeluaran saya di Laos. Untuk air mineral misalnya. Di beberapa tempat, air mineral kemasan 600 ml seharga 5000 Kip (atau sekitar 8000 rupiah) dan yang besar seharga 8000-10.000 kip kan terasa mahal bahkan ketika membandingkan dengan air mineral di beberapa negara ASEAN yang lain.
Belum lagi untuk makan, kita harus merogoh kocek dari 15.000 – 30.000 kip untuk sekali makan, belum termasuk minum yang rata-rata 5000 kip. Tidak semurah dengan panorama ‘sederhana’ yang dilihat selama di Laos. Pengeluaran tertinggi sepertinya untuk transportasi. Saya tidak melihat banyak bus umum yang dapat membawa kita berkeliling selama di Laos. Jika ada pun saya tidak bisa membaca tulisan-tulisan jalur/nomor bus yang ditawarkan. Walhasil selama di Vientiane, saya dan teman-teman harus menyewa tuktuk dengan harga yang fantastis.
Dari morning market hingga ke Patuxay misalnya. Jarak yang mungkin hanya 1,5 km itu si supir tuktuk meminta kami membayar 15.000 kip per kepala. Padahal kita bertujuh. Jadi, jarak yang hanya 20 menit jalan kaki itu berharga 105.000 kip atau sekitar 175 ribu rupiah. Untuk ke Pha That Luang yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari Morning Market, supir tuktuk bersikeras mempertahankan harga 110.000 kip untuk kami semua.
Gaya vintage khas Indochina masih mendominasi bentuk bentuk bangunan di Vientiane. Entah saya tidak melewati business areanya atau karena memang tidak ada, Vientiane tidak terlalu banyak gedung-gedung berukuran besar. Bagi saya, mungkin ini ibukota negara yang paling sepi di ASEAN sepanjang yang saya jelajahi.
Kemana saja di Vientiane?
Tidak banyak yang saya kunjungi di Vientiane. Beberapa obyek yang cukup menarik di sini dan seputaran kota Vientiane seperti Buddha Park, Patuxay dan Pha Tat Luang.
1. Buddha Park.
Buddha Park merupakan taman yang dibuat untuk menghormati Gautama Buddha. Di taman ini kita dapat melihat ratusan patung Buddha dalam berbagai macam posisi. Perjalanan ke Buddha Park ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Vientiane. Jalanan yang rusak membuat jarak yang sebenernya tidak terlalu jauh ini dicapai hingga 45 menit. Setelah membayar entrance fee sebesar 5000 kip, pengunjung dapat masuk ke dalam taman Buddha ini. Untuk melintasi Thailand – Laos Friendship Bridge pengunjung dikenakan biaya tambahan sebesar 3000 Kip. Tidak banyak yang dapat dilihat dari atas jembatan sih. Jadi saya tidak merekomendasikannya ehehhe…
2. Patuxay
Patuxay atau ປະຕູໄຊ yang bahasa harfiahnya adalah gerbang kemenangan adalah salah satu icon kota Vientiane yang wajib dikunjungi. Gerbang ini mirip dengan Arc de Triumph di Perancis (Laos adalah negara bekas jajahan Perancis) dengan tipikal bangunan bergaya Laos. Gerbang ini didirikan pada tahun 1957 dan hingga saat ini tidak terselesaikan. Karena letaknya di tengah kota dikelilingi oleh jalan umum, maka pengunjung tidak dikenai tarif masuk untuk berfoto-foto di tempat ini.
3. Pha Tat Luang
Candi Buddha yang mula-mula dibangun pada abad ke tiga ini dibangun kembali di tahun 1566 ketika ibukota Laos di Luang Prabang dipindahkan oleh Raja Setthathirath. Candi ini dihancurkan oleh invasi bangsa Thai dan dibangun kembali oleh Arsitek Perancis yang ternyata gagal untuk mengembalikannya seperti aslinya. Emas yang berbobot sekitar 500 kilogram yang melapisi bangunan ini telah dirampok oleh bangsa Burma, Siam dan China. Candi hasil renovasi ini kemudian dihancurkan dan kembali dibuat pada tahun 1930 seperti bentuk yang sekarang dapat dilihat.
Dua bangunan ini dapat saling ditempuh dengan berjalan kaki. Tidak terlalu jauh dandaripada membayar biaya tuktuk yang cukup mahal di Laos.
Oh ternyata mahal2 ya… Saya kira lebih murahh. Yg paling terkenal bukannya Tubing ya?
tubing itu adanya di vang vieng yah
waduhh saya juga kurang tau ya. saya hanya sering liat di video aja, makanya menurut saya sihh kece. btw, ini pertanyaan apa pernyataan ya? 😀
Iya sama gue kira juga lebih murah, kayak Vietnam atau Thailand. Coba buka blognya how2travelsmart.com, mas 🙂
Padahal di taman belakang patuxai ada Gong Perdamaian dari Indonesia lhoo… Sempat lihat ga?
gue juga ga ngeh ternyata duit gue abis sekitar 3,5 juta selama disana (estimasi) budget sih 2,5 juta
Salam kenal ya, sbnrnya nyasar karena lg browsing ttg Myanmar. Anyway ke Laos sayang juga ngga ke Luang Prabang, kita wkt itu ngabisin 6 hari sendiri di LP, kotanya laid back banget. Romantis.
salam kenal sebelumnya…iya nih, kemaren nyesel juga ga ke luang prabang karena terbatas waktunya…huhuuhu
Thank u info nya soal Laos, mau kesana tgl 01 Agustus 2014…
Setelah Maret/April 2014 ke Myanmar 8hari…
Hhhmmm kyaknya bakalan tough ya perjalanan ke laos ini
wah, bakal bisa njelajah banyak tuh mba disana..sempetin ke vang vienh n luang prabang juga…kalo vientiane sih gitu2 aja.cm asik buat nongkrong2
wah! Budha parknya keren! harus kesana banget nih 😀
tp inget lho ya…banyak yang lumutan..haha
thn ini sbnrnya pgn khatamin asia tenggara juga… salah satunya laos… tp kok kyknya rada males ya stlh tau ga gitu bnyk yg bisa diliat… Maksudku, kyknya kebanyakan candi ya di sana?
ga ada sesuatu yg bisa naikin adrenalin mungkin :D? Tempat utk bungy jumping cthnya…
hahah alasannya sama kenapa saya jg menunda2 sampe setahun utk ke laos. Negaranya memang minim obyek menarik.
Can I ask you something? It’s for my college task about. If you don’t mind, please send me an email to widiaasa@gmail.com. Thanks.
salam kenal dan salam sejahtera ,mas mau tanya kalau dari vientin menuju bangkok kira harga bis-nya atau kereta api-nya harganya berapa?
kalo dari vientiane hingga bangkok langsung harga busnya agak mahal. begitupun dari bangkok ke vientiane. Sekitar 1000-1200 baht. bedakan dengan dari border hingga bangkok dan sebaliknya hanya sekitar 400-500 baht. kita hanya perlu membayar tambahan 100-120 baht dr border hingga vientiane.
gerbang kemenangan mah di kediri juga ada,persis begitu,sdkit lbih lebar sih.
iyaaaa…betul, tp bentuknya kyk arc de triumph di eropa kan?