Jika kita berkendara, cukup jauh ke Tenggara, dari pusat-pusat kemolekan rumah Gadang yang terkonsentrasi di nagari nagari utara, menyusuri punggung bergerigi perbukitan Barisan maka kita akan menjumpai negeri yang molek dengan danau-danaunya yang mengisi ceruk-ceruk perbukitan. Solok , batas nagari yang berhadapan langsung dengan gagahnya Kerinci di Selatan ini seakan menjadi pagar yang indah untuk memamerkan Sumatera Barat di negeri-negeri sekitarnya.
Pagi itu saya berkendara dari Bandara Udara Minangkabau menggunakan mobil sewaan untuk menuju ke Solok Selatan. Solok Selatan adalah pemekaran dari Kabupaten Solok yang pada Tahun 2004 menjadi Kabupaten Solok, Kabupaten Solok dan Kota Solok. Tidak berlebihan jika saya menyebut perjalanan itu salah satu yang paling menyajikan keindahan alam Sumatera dan membayar setiap menit lelah saya berada di kendaraan selama enam jam perjalanan dengan kondisi aspal yang memang tidak terlalu bagus.
Semakin kami mendekati Muara Laboh, Ibukota kabupaten Solok Selatan, hamparan padang teh membentang seluas mata memandang.
Lembah-lembah yang terukir dalam dialiri sungai-sungai yang mata airnya memancarkan jutaan liter air tiap harinya, mengairi persawahan Solok yang terkenal dengan produksi beras kualitas satunya. Beras Solok atau Bareh Solok memang terkenal dengan rasanya yang pulen dan tidak lengket. Beras Solok saat ini telah diimpor ke seluruh dunia dan memang cocok sekali beradu dengan kuatnya rasa rendang.
Kuliner Khas
Tidak lengkap jika membicarakan Sumatera Barat tanpa membicarakan kulinernya. Sumatera Barat memang sudah terkenal menjadi pusat kuliner maupun jajanan dengan citarasa berempah tinggi. Setelah browsing-browsing sepanjang jalan, saya memutuskan untuk mencoba rumah makan khas kegemaran Mendagri Gamawan Fauzi, Sungai Kalu. Rumah makan ini ada di beberapa tempat dan salah satunya akan kita lewati di daerah Koto Gadang Parik Diateh yang orang sering sebut sebagai kecamatan KPGD. Dengan menu yang sekilas saya pikir tidak jauh dari makanan khas padang, ternyata dugaan saya salah.
Kuliner Solok agak sedikit berbeda dengan rumah makan padang yaitu lebih sedikit santan yang terkandung di dalamnya. dengan menu yang sedikit santan ini ternyata masih menyisakan minyak di setiap menunya. Masakan belut (baluik lado mudo), dendeng, ayam pop adalah tiga contoh makanan yang lebih mudah ditemui di Solok, menggantikan jerohan, atau makanan berkuah santan yang ditemui di lain tempat di Sumatera Barat. Cabai hijau memang lebih mudah ditemui disini dengan tumbukan yang lebih kasar sehingga rasanya menurut saya lebih segar. Selain belut cabai hijau, pepes belut (palai lado baluik) pun menjadi salah satu makanan favorit warga lokal. Masih banyak snack-snack lain yang saya belum sempat mencobanya karena keterbatasan space perut saya.
Tempat wisata
Selain kulinernya yang memanjakan lidah, pemandangan alamnya yang memanjakan mata juga tidak boleh untuk dilewatkan. Lembah-lembahnya yang dalam membuat pemandangan sungainya luar biasa indahnya. Semakin ke selatan di perbatasan jambi, kita akan lebih mudah mencari air terjun dan daerah aliran sungai yang luar biasa indahnya,
Akhirnya blog ini mulai dibersihkan dari debu yang membandel hahaha. Pertamax!
Apik juga Solok, daerah yang belum dilirik banyak wisatawan lokal. Next trip trans Sumatera bakal kusempetin mampir ke Solok sepertinya. 🙂
ikut hahahha
yuk….next trip ke pedalaman kalimantan
Hahah…begitulah bro, banyak yg udah didatengin tapi kok skrg males ambil foto2 krna selalu pake pakaian resmi, makanya jadi males nulis. keep visiting me ya bro..nuhun
kebun teh solok cakep bgt
iya, setuju, mana luas bgt n ga ada bangunan yang nampak
ngiler pas baca bagian belut cabe hijau T_T
itu enak itu…serius
ngiler pas baca bagian belut cabe hijau T_T
*pecinta belut juga nih*
Mas, bawa aku ke sana mas. Rasanya damai dan tenang banget ya di Solok. Alamnya hijau, bersih, dikungkung bentang pegunungan..
Bener banget itu, kalau butuh alam pegunungan sbnrnya sumatera punya banyak spot buat dikunjungi
Kulinere gak mbok foto yaaa.. Duh sayang banget penasaran aku haha
lha nek mangan selalu kesusu jeh
Dari bukittinggi jauh ga?
lumayan, sekitar 5-6 jam naek mobil bang
welcome back bro, aduh gue malu neh belum ngeblog lagi
ini juga cuma sambil ngerjain ini itu bro hahah