Dear diary..
Menjelajahi China selalu menarik bagi saya. Paling tidak,untuk kedua kalinya saya masih excited dengan keberangkatan ke China untuk menyusuri pantai timur. Itinerary saya agak serampangan kali ini: sendirian, modal uang sangat pas bahkan mungkin kurang, tanpa kartu kredit dan tidak ada persiapan kota mana saja yang akan saya kunjungi.
Perjalanan berangkat saya terasa sangat lama. Saya berangkat dari Yogyakarta pada hari Selasa siang dengan bus dan baru sampai Jakarta pukul 9 pagi keesokan harinya. Ngemper cukup lama baru 15 jam kemudian saya naik pesawat ke Manila. Untung pesawat cukup kosong sehingga saya dapat tidur merebah di bangku yang cukup nyaman. Saya terbang pukul 12.30 dan mendarat di Manila pukul 05.00 waktu Manila
Empat belas jam di Manila sekali lagi saya homeless. Berniat untuk menitipkan tas di luggage deposit Ninoy Aquino Airport Manila pun kemudian urung saya lakukan karena jasa penitipan tas ini cukup mahal bagi saya, sekitar 20 ribu rupiah.
Beruntung ketika saya datang petugas imigrasi yang sangat baik dan tampan rupawan itu memberitahu hari saya di Manila itu ada perayaan black nazareth yang sangat meriah di seputaran Rizal Park memperingati penyaliban Yesus di Bukit Gorgota.
Empat belas jam saya putar-putar dengan tas seberat 10,6 kg itu dan setelah kaki berasa hampir lepas akhirnya saya menyerah dan menunggu di bandara Manila dengan pasrah.
Tips:
- Makan di Joliebee lantai 3 saya sarankan. Nasi + beef adobo hanya 48 Peso, atau beli makanan beku di sevel lantai 3 sebelah kanan
- Mushola dapat menjadi tempat yang sangat nyaman untuk salat sejenak. Letaknya di belakang eskalator sayap kanan dari lantai 2 ke lantai 3
- Luggage concierge akan layak bagi yang transit dan ingin jalan-jalan nyaman. Letaknya ada di ground floor sebelah kiri terminal 3 bandara Ninoy.
- Bus bandara ada pukul 06.00 menuju EDSA Avenue. Lebih irit, hanya 20 Peso sekali jalan.
Pukul 07.35 tepat..bahkan sangat tepat akhirnya pesawat saya kembali terbang ke Beijing. Beruntung sekali pesawat lebih kosong daripada pesawat saya dari Jakarta ke Manila plus bangku rata yang jauh lebih nyaman dengan pesawat sebelumnya.
Saya tiba di Beijing Capital pukul 00.10 dengan suhu drop dari 29’C di Manila ke minus 8’C di Beijing. Perjalanan saya belum selesai. Kereta bandara yang habis pukul 23 memaksa saya untuk sekali lagi keleleran di lantai bandara. Akhirnya pukul 5 pagi baru saya bisa tidur dan terbangun pukul 9 pagi di tengah manusia2 yang memandang saya hina..
Tips:
Jika sampai Beijing Capital Airport dan berniat untuk ngemper menunggu airport express train, segeralah untuk naik ke lantai atas. Jika petugas tanya, bilang saja mencari makan atau menunggu seseorang sehingga mereka tidak mencarikan taxi untuk kita.
Pukul 11.30 setelah berjalan kaki selama lebih dari 2 jam akhirnya saya dapat menemukan hotel yang cukup nyempil diantara bangunan bangunan tinggi di daerah Sanlitun itu.
Enam puluh delapan jam total saya homeless. Me, againts the distance, melawan jarak, melawan bosan, akhirnya dapat dimenangkan juga…
biar ngemper, yang penting travelingnya seru 😀
haha…sampe rumah anggota badan kayak pada mau copot
selalu ada cerita baru ya za…penasaran dengan cerita lengkapnya…#NungguinDipojokan
hehehe…mana crita perjalanan ke malaka-nya nih?
ke beijing nya bulan apa? kok suhunya sampe minus 8? gw jg mau traveling ke beijing akhir oktober tahun ini 🙂
yang pertama bulan desember, yang kedua bulan januari