Melanjutkan cerita di part satu sebelumnya yang berbagi cerita soal kedatangan saya di Kota Kinabalu dari Indonesia, di part ini saya mempunyai waktu dua hari untuk mengeksplore Kota Kinabalu, kota yang dijuluki ‘City Below the Wind‘ ini.
Sekembali dari Brunei, saya mengambil rute yang berbeda dari rute berangkat yang full naik ferry selama 6 jam itu (Kota Kinabalu – Labuan – Muara Brunei). Dari Labuan, kami tidak menggunakan ferry langsung ke Kota Kinabalu seperti jalur berangkat, tapi mencoba jalur baru dengan ferry ke Menumbok. Membayar MYR 15 kami menumpang ferry kecil dengan kapasitas sekitar 14 orang. Wah, saya tidak rekomendasikan ini untuk orang yang gampang mabuk perjalanan. Kapal loncat-loncat terkena ombak selama 45 menit sebelum saya sampai ke Menumbok, kota kecil di daratan Sabah yang masih sekitar 3 jam perjalanan darat ke Kota Kinabalu,
Saya membayar 15 MYR untuk kapal loncat itu dan 14 MYR untuk bus menuju Kota Kinabalu. Kami diturunkan di terminal kecil di pusat kota tidak jauh dari hotel kami di KK-Lama.
Setelah mencari di beberapa hotel, saya menemukan sebuah hotel kecil dengan tarif 25 MYR per malam. Kamarnya bersih dengan 10 bed per kamar dimana saya menemukan teman baru, seorang Indonesia yang bekerja di Singapura.
Hotel ini cukup menyenangkan dengan pendingin ruangan yang bekerja maksimal. Dorm room dengan tempat tidur kayu yang cukup lebar dengan kamar mandi pas didepan kamar.
Tidak ingin membuang waktu, setelah membersihkan diri dan meletakkan tas di kamar, kamipun segera jalan-jalan menyusuri pantai kota Kinabalu.
Fish market di tepi laut menjadi tujuan pertama kami. Attach dengan fish market, kami juga menemukan toko souvenir yang menjual banyak sekali barang-barang yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh seperti tas, kaos dan ukiran kayu berbentuk bermacam-macam. Sekali lagi saya hanya membeli magnet kulkas berharga 10 MYR setiap tiga bijinya.
Di fish market Kota Kinabalu, segala macam ikan dijual disitu. Tidak hanya itu, mereka menyediakan street food yang menyediakan berbagai macam makanan hasil laut yang dibakar maupun digoreng. Harganya pun cukup terjangkau. Saya dan ketiga teman saya membeli Udang, Ikan pari bakar, dan kerapu yang semua dibakar untuk makan malam. Satu ekor/satu potong ikan dijual dengan harga mulai 5 MYR dengan nasi putih seharga 2 MYR.

courtesy of http://www.malaysia.com
Setelah kenyang makan malam, kami melanjutkan perjalanan untuk berkeliling kota. Wah, ternyata banyak juga pusat hiburan malam di kota yang saya pikir cukup tenang itu. Di beberapa gedung besar di tepi laut saya jumpai beberapa tempat dugem dan juga restoran atau cafe yang meriah oleh musik hingar bingar yang terdengar hingga di luar.
Beberapa restoran dan tempat dugem lain juga ada di sebelah timur kota, tepatnya di sekitaran Jesselton Harbour. Yah, karena budget yang terbatas akhirnya kami hanya bisa berjalan-jalan saja tanpa mencoba masuk ke tempat-tempat tersebut.
Tempat yang bisa menjadi alternatif berfoto adalah di Masjid Kota Kinabalu. Bangunan masjidnya sangat indah dan seolah mengapung di tengah air. Selain itu kalau punya kocek berlebih, boleh lah datang ke Sutera Harbour, tanah bekas reklamasi yang menjadi sebuah resort mewah disana.
Bagi yang suka hiking atau trekking, Gunung Kinabalu dapat menjadi pilihan spending time disana. Sayang karena keterbatasan waktu (dan juga budget) saya tidak kesana :D. Informasi untuk jelajah Kinabalu mountain dapat dibaca di blog teman seperjalanan saya di Kinabalu
seafoodnya murah ya. *ngiler
relatif murah sih…ndak terlalu murah sbnrnya
boleh kasi saya alamt penginapan yg 10 org dalam 1 kamar, kami ingin pergi ke kota kinabalu kebetulan 10 org, makasih
Kbnyakan ada d pecinan disana mas