Pukul 11.22 malam saya gelisah menunggu kereta di stasiun Chowkit, Kuala Lumpur. Saya butuh koneksi untuk beberapa email yang menunggu balasan yang belum sempat saya balas menjelang keberangkatan,transaksi internet banking dan tentu saja BBM-an dengan beberapa orang dan itu bisa saya dapatkan di bandara KLIA terminal LCC. Saya pikir bus dari KL Sentral menuju LCCT masih ada hingga pukul 12 malam dimana koneksi cepat bisa saya dapatkan dengan tiduran nyaman di lantai bandara LCCT lengkap dengan colokan listrik berlimpah yang mendukung batere blackberry yang tidak dapat diandalkan ini. Dan ternyata meleset…
Akhirnya bus pertama datang pukul 2.45 dan pukul 3.54 saya sampai di bandara LCC KLIA dengan menahan kantuk. Koneksi yang saya tunggu-tunggu pun kalah oleh kantuk. Sayapun langsung ke mushola untuk tidur bersama belasan manusia yang terkapar di lantai parquette mushola sampai tidak menyisakan ruang bagi orang yang ingin Salat Subuh disitu.
Pukul 5 pagi saya keluar dari mushola dan bergabung dengan ribuan manusia yang sudah dalam antrian check in. Tepat pukul 6.52 pesawat akhirnya terbang meninggalkan Malaysia untuk menuju ke Yangon,destinasi saya kali ini.
Di pesawat yang kebanyakan penduduk Myanmar itu rata-rata berusia masih muda, dilihat dari rambut yang banyak berwarna-warni dengan gadget yang paling mutakhir. Kontras dengan suasana Myanmar yang diceritakan teman saya yang masih vintage dan oldfashioned.
Setelah terbang 2 jam 35 menit, tepat pukul 8 waktu Myanmar (GMT +6.5) pesawat AK 1462 mendarat di Yangon International Airport yang masih diselimuti kabut tipis. Yangon international airport sangat mewah dan bersih. Ukuran bandaranya pun cukup besar dengan pesawat-pesawat yang jarang terlihat di Indonesia seperti MAI, AirBagan, YangonAir, Qatar Airlines dan Golden Myanmar Airlines. Beruntung saya datang ke Myanmar tepat saat mereka merayakan Tahun Baru Myanmar: Thingyan. Saya langsung jatuh cinta pada negara yang menyambut turis dengan senyuman ini.

Yangon International Airport

Nampang dulu!

Arrival Corridor Yangon Airport
Sebagai negara yang terisolir selama puluhan tahun karena dikuasai Junta Militer, negara ini cukup unik dalam meramu modernisasi. Rambut warna warni bagi kaum muda dengan baju-baju gaul dipadukan dengan sarung untuk laki-laki dan rok panjang untuk perempuan yang mereka sebut sebagai Longyi. Ya sarung masih dipakai secara luas,untuk kerja,untuk ngemall dan pacaran. Fantastik ya?
Bandara Yangoon ternyata cukup jauh dari kota. Untung pihak hotel menyediakan jemputan gratis dari bandara ke hotel. Sayapun disambut dengan nama tertulis besar oleh staf hotel bersama satu orang berkewarganegaraan Perancis, empat orang dari Thailand dan dua orang dari Malaysia.
Yangon Airport tidak memiliki transportasi shuttle ke downtown. Penumpang hanya bisa menggunakan taxi untuk ke tengah kota di selatan. Taxi akan berkisar 7000 sampai 8000 kyats tergantung penawaran.
Money Changer di airport dapat menjadi pilihan untuk menukarkan dollar ke kyat. Pada saat saya datang,rate mereka berkisar 875 kyats per dollar. Sementara itu beberapa money changer hanya menawarkan 855 kyats per dollar amerika. Penduduk lokal juga menerima penukaran dollar. Mereka biasanya malah menawarkan harga yang lebih tinggi hingga 900-950 kyats per dollar.
Sepanjang perjalanan selama hampir satu jam dari bandara ke hotel saya di daerah Lower Pazundaung banyak terlihat suasana vintage yang jarang kita lihat. Pepohonan yang hijau dialasi dengan tanah kering berdebu. Bus yang membawa saya pun mungkin edisi tahun 80an dengan jendela menganga tanpa kaca. Sepanjang perjalanan beberapa kali terlihat pagoda-pagoda raksasa yang dilapisi cat keemasan. Wow banget!
Saya menginap di Hotel motherland inn,hotel paling hebat servisnya sepanjang karir jalan-jalan saya. Stafnya yang jago bahasa inggris (walau dengan logat yang saya kurang bisa menangkap) membantu cukup cepat. Saya mendapatkan kamar cukup murah dengan harga 22 USD untuk double bed room dengan fan dan kamar mandi terpisah. Ternyata hotel ini juga punya kamar dormitory yang tidak mereka sebutkan di room list.
Pukul sembilan saya tiba di hotel. Setelah membersihkan diri dan sarapan ala american breakfast saya segera jalan-jalan ke pasar. Pihak hotel memberitahukan pada saya bahwa hari ini terakhir pasar itu buka. Selama empat hari toko-toko dan pusat perbelanjaan akan tutup untuk memperingati tahun baru yang jatuh pada 17 April. Saya disarankan ke pasar Bogyoke Aung San yang tidak jauh dari hotel.
Nah,kebetulan saya bawa sarung (yang sebenernya) untuk salat Jumat. Saya pakai-lah sarung itu untuk jalan-jalan bahkan nge-mall yang kebetulan saya lewati. Saya sarankan membeli air banyak-banyak untuk menghindari dehidrasi karena panasnya udara disini.
Harga air kemasan yang dijual pun lebih murah dari yang ditawarkan di jalan-jalan. 180 kyats untuk satu liter air. Sementara harga air yang dijual di pinggir jalan atau warung bisa mencapai 300-500 kyats.
Saya melewati beberapa landmark kota seperti kathedral st.Maria yang sangat megah dan pagoda Sule yang berada di City centernya Yangoon.
Pasar bogyoke sangat besar. Sayang mereka terlalu cepat menyambut datangnya tahun baru.Sebagian penjual memilih tutup lebih cepat dan menyisakan toko-toko kain.Lha saya mau beli apa? Tapi di pasar ini kemeriahan tahun baru sudah cukup terasa.Musik jedag-jedug dengan beberapa orang saling mengguyur air. Seruuu!!
Sayapun menjadi korban diguyur air. “Indonesia?Indonesia is Hot,so I will make you cold” sapa orang sambil mengguyur seember air di kepala saya. Basahlah saya sebadan-badan,sesarung-sarungnya,sedalaman-dalamannya.
Tak terasa sudah pukul empat sore.Karena merasa lapar dan ngantuk saya berhenti sebentar untuk mencoba street food: taraaa this is it, Mihoon dan Lumpia jagung yang disiram saus barbeque dan segelas sugar cane dingin. Cukup membayar 600 kyats (7000 IDR) dan kenyang…
Sampai hotel saya langsung tidur di lantai saking gerahnya udara Yangoon ini. Bangun pukul delapan malam saya kemudian turun bergabung bersama penghuni kamar lain untuk makan malam: fried vegetable with prawn,steam rice, starcola dan sebotol air minum…Gosh! 3400 kyats…
Malam hari Yangoon nyaris tidak menyajikan atraksi apapun. Beberapa penduduk lokal sibuk menyiapkan panggung untuk persiapan pembukaan Tinghan festival. Sayapun kembali ke hotel dan tidur…zzzzz
Ngiler lihat mix noodle saladnya… Tapi harganya setara dengan 40rb?!?!
oh, itu makanan termurah di dunia. cuma 2500-5000 rupiah aja sepiring.wkwk
wohh aku salah itung kurs rupanya hehe…
waktu itu satu Kyat-nya 11,4 rupiah aja.
dorms cewek di motherland inn ada gak? minta emailnya hotel itu dong. thanks a lot.
dormnya campur mbak…setahu saya cuma ada dua kamar dorm. yg lain kamar privat semua. tp coba tanyakan langsung ke mereka, karena ada dua hotel motherland disana. alamat email mereka motherlandinn2@gmail.com
bang untuk ke thailand harus ke kota Hpa An yaa dan berapa harga ticket keretnya bang? terima kasih
untuk perbatasan myawaddy saya kok kurang yakin sudah dibuka. Tetapi memang saya tanyakan, ada info bahwa perbatasan myawaddy skrg sudah dapat dilalui di hari tertentu. Kalau dari Yangoon saya sarankan naik bus langsung ke kawkareik/myawaddy dan nanti naik transportasi lokal ke perbatasan. Harga tiketnya saya tidak tahu pasti