Bangun pagi pagi rencana hendak ke Stasiun kereta ke Thaton untuk tetap nekad mencoba border Myanmar – Thailand yang dilarang lewat itu ( atau Nay Phi Daw,ibukota Myanmar kalau Myapiddi tidak boleh dilewati orang asing) seorang staf hotel melihat saya hendak check out,dia ternyata berbaik hati menyediakan satu tempat untuk saya di dorm room. Cukup membayar 10 USD sayapun mendapatkan kamar pada hari kedua ini. Rencana saya untuk ke Nayphidaw memang lebih karena ke kehabisan kamar hotel di Yangoon yang ternyata memang sedang dalam masa high season. Setelah mendapatkan kamar lagi untuk menginap,maka berubahlah rencana saya untuk pergi meninggalkan Yangon hari ini.
“Please take breakfast while we prepare your room”
“No,I already took my breakfast yesterday for my recent room”
“Oh,it’s ok for you,it’s present for you”
“Rrrr…so I get my breakfast twice for single day book?”
“Yes…enjoy your breakfast then”
Waw…lucky me! Saya dapat sarapan dua kali di hotel yang berbaik hati ini. Seperti slogan Myanmar “we take care tourist” yang terpampang di banyak tempat hotel ini pun menjaga betahnya turis agar tetap di negara ini makin lama.
Sayapun mengobrol banyak dengan staf hotel,juga menanyakan kenapa beberapa kali saya langsung bisa ditebak sebagai orang Indonesia. Mereka bilang memang dari dulu banyak orang Indonesia disini. Kita bahkan punya sekolah Indonesia disini yang saya browse sudah berdiri sejak tahun 1960an. Sekarang banyak perusahaan indonesia juga berdiri disini sekarang. Hehe..memang bikin bangga…
Lucky me part dua saat tahu hari ini adalah pembukaan Thingyan Water Festival. Seperti sudah saya tulis sebelumnya, Myanmar memiliki kalender sendiri.Tahun baru Myanmar kali ini jatuh pada tanggal 17 April.Mereka merayakan dengan libur 4 hari sebelum Tahun Baru Myanmar tiba. Hari ini saya melihat kegembiraan penduduk Myanmar yang sehari-harinya serba ‘panas’ dan tiba saat bagi mereka untuk meluapkannya dengan air yang mendinginkan.
Beberapa titik..eh,banyak titik sudah dipersiapkan untuk menggelar pesta air.Selang selang dipasang sepanjang jalan lengkap dengan panggung dan soundsystem..Jika orang lewat,croooot maka basahlah dia disemprot dengan air.Ajaibnya,tidak ada seorangpun marah walau sudah dandan necis ataupun handphonenya basah oleh air. Beberapa titik menggelar pesta ini sangat meriah hingga ruas jalannya ditutup dari kendaraan. Di Sule pagoda,pusat kota Yangoon sudah dipersiapkan panggung besar dan tiang-tiang penyemprot air lengkap dengan artis nasional mereka dengan lagu-lagu Myanmar yang menurut saya agak oldfashioned.
Karena saat itu masih pukul 12.30 siang dan acara mulai pukul empat maka saya sempatkan untuk menonton dahulu : GI JOE 3D. Hahaha..Cuma 1500 kyats atau sekitar 18ribu rupiah,menontonlah saya di Nay Phi Daw Theatre dengan trailer sampai 30 menit sendiri. Hampir pukul tiga saat film sudah selesai lagi-lagi saya bingung mau kemana.Akhirnya saya menemukan supermarket untuk beli air dan makan mix noodle salad yang menjadi favorit saya.
Pukul empat acara dimulai dengan tari-tarian Myanmar dan dimulailah guyuran air dari selang-selang hingga penonton mendadak basah termasuk saya.Puas mondar mandir basah kuyup di City Hall saya berjalan kaki ke Karaweik Palace. Di sepanjang jalan menuju Karaweik seringkali saya disiram air hingga basah kuyup ditengah Matahari Yangoon yang kejam membakar kulit.
Karaweik palace adalah sebuah tempat pertunjukkan yang dibangun pada tahun 1972. Saat ini tempat ini beralih fungsi menjadi restoran. Sepanjang jalan di sekeliling Danau yang mengitari istana Karaweik menjadi pusat keramaian paling heboh.Sekitar 10 panggung sepanjang jalan dipadati penonton. Musik yang berdebum-debum membuat suasana makin meriah.
Mulai kedinginan dan gatal-gatal karena air yang disiramkan adalah air danau Karaweik yang hijau itu saya pun pulang berjalan kaki melewati vintage-nya suasana Yangoon.Mencoba-coba jalan baru saya malah melewati suasana muslimnya Yangoon yang kering kerontang karena tidak ikut merayakan kegembiraan Tahun Baru Myanmar.Sepanjang jalan roti canai,martabak arab dan nasi Biryani banyak dijual di daerah Mya Yat Gone st. ini. Suasana vintage tampak dari gedung-gedungnya yang tinggi dan usang beserta jalan-jalan berdebunya.
Melewati stasiun Pazundaung saya merasa melihat kembali India pinggiran karena wajah-wajah India tampak kental di daerah ini.Setelah berjalan hampir 2,5 jam akhirnya pukul 7.30 saya tiba kembali ke hotel dengan kamar dorm berantakan luar biasa..hahaha..that’s amazing..Malas rasanya pergi dari kota ini.
hahahaha…. gila and heboh banget… but seru!! kebayang keliling kota naik sepeda basah kuyup… hahaha…
iya lho, saya kok ngerasa thingyan itu lebih kena di hati daripada songkran ya..mungkin karena mereka merayakannya dgn lebih orisinil dan ga terlalu dikomersilkan kayak songkran di thailand