Melanjutkan perjalanan, dari Chengdu saya dengan teman saya berpisah dari rombongan teman cewek yang memutuskan untuk extend stay di Chengdu. Dimulailah perjalanan panjang saya dengan kereta seat class yang penuh dengan keramah tamahan bangsa China sepanjang perjalanan. Kereta K386 dari Chengdu berangkat pukul 7 malam menembus hawa dingin pegunungan di Provinsi Shaanxi selama 16 jam lebih dengan menempuh jarak sekitar 842 kilometer di Utara Xian.
Keramahtamahan sangat terasa ketika kami mulai mengobrol hangat di kereta dan mulai bertukar uang sebagai cenderamata. Tidak salah pilih, uang merupakan cenderamata yang dapat ditukar dan cukup universal untuk berbagai macam bangsa. Saya telah menyiapkan beberapa lembar uang 1000 dan 2000 rupiah dengan kondisi baik yang ternyata habis sepanjang perjalanan dengan berbagai macam makanan dan buah-buahan saya dapatkan sepanjang perjalanan saya itu…sebuah cerita yang akan saya kenang.
Tajamnya tanjakan dari jalur kereta ke Xian ini ternyata yang membuat jalur Chengdu – Xian ditempuh dalam waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan kereta saya dari Xian ke Beijing yang walau jaraknya 1300 kilometer lebih namun hanya ditempuh dalam waktu sekitar 12 jam saja.
Hampir tengah hari setelah puas melihat pegunungan bersalju dan menembus puluhan terowongan kereta, akhirnya rangkaian K386 sampai juga ke stasiun Xian Shaanxi. Stasiun ini relatif lebih kuno dibandingkan dengan modern-nya stasiun Chengdu dimana kami menaiki kereta ini. Wah, tapi kali ini pemandangan begitu keluar dari stasiun sangatlah extraordinary. Xian city wall yang selama ini hanya saya lihat dalam gambar-gambar menjulang tinggi didepan stasiun persis.
Suhu udara di Xian Desember itu jauh lebih mengigit daripada Chengdu. Sungai yang saya lewati sudah tampak beku dan jaket salju satu lapis pun terasa tidak mampu menahan suhu udara serendah itu. Saya pun tidak berlama-lama di depan stasiun dan segera mencari jalur bus yang dapat membawa ke hotel yang sudah saya booking sebelumnya.
Saya akhirnya naik bus dengan tujuan South Gate dari City Wall. Dari depan stasiun Xian Shaanxi yang tepat berada di depan North Gate ternyata terdapat hampir semua rute bus. Hanya perlu lebih cermat karena mereka ngetem di tempat yang spesifik di sepanjang jalan di depan stasiun.
Tips saya jangan tergoda dengan taxi yang ditawarkan disana, transportasi disini cukup lengkap untuk menjelajahi seluruh kota. Dan satu lagi pilihlah hotel dengan lokasi yang berada di dalam area city wall karena dapat kemana-mana dengan mudah.
Xian adalah salah satu ibukota China pada masa lampau. Kotanya dikelilingi oleh tembok sepanjang hampir 25 kilometer. Itu menjadi daya tarik tersendiri kota yang pernah menjadi pusat politik China di masa lalu. Tembok setinggi sekitar tujuh meter itu mengelilingi kota asli dari Xian lengkap dengan Bell Tower dan Drum Tower seperti kota-kota asli di China.
Hotel yang telah saya pesan berada tepat di samping South Gate. Hotel yang saya pesan ternyata sangatlah nyaman dengan gaya bangunan China dan harganya pun murah. Shuyuan Hostel. Kamar dengan pemanas, selimut tebal, shared bathroom yang bersih-pun saya dapatkan dengan harga sekitar 7 USD saja. Hotel ini juga terletak di South gate dimana beberapa obyek di luar tembok kota (termasuk Big Goose Pagoda), Bell Tower, Drum Tower dan beberapa pusat perbelanjaan bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.
Where to Eat
Xi’an adalah kota dengan penduduk muslim cukup banyak. Akan sering ditemui makanan halal yang ditandai dengan logo bulan sabit disini. Pusat makanan halal ditemui di “Muslim Dashi” Dimana makanan yang melimpah ruah dijual disini. Letak Muslim Dashi ini ada di sebelah barat dari Xian Bell Tower. beberapa lorong penuh sesak oleh bermacam-macam snack, makanan berat dan minuman-minuman yang mayoritas halal untuk umat muslim.
Kamipun kalap makan disana. Selain memesan menu mie superbesar dan nasi goreng kambing (entah kenapa saya lihat di beberapa negara, kambing identik dengan halal, padahal belum tentu ya), kami masih memesan beberapa menu sampingan lain yang cukup banyak. Memang cukup mahal untuk kocek saya, sekali makan satu orang habis sekitar 45 ribu rupiah.hahaha…
Snack untuk souvenir dirumah juga saya beli. Manisan kiwi kering dengan harga 10 Yuan untuk 500 gram saya beli. Kiwi ternyata banyak ditanam disini sehingga harganya cukup murah, tidak seperti di Indonesia. Kacang-kacangan bakar yang jarang saya lihat disini saya beli juga untuk menu cemilan di kereta kami ke kota berikutnya, Beijing.
Where to Go?
Banyak sekali obyek wisata yang dapat dikunjungi disini. Beberapa teman saya mengunjungi terakota warrior yang letaknya agak jauh dari kota. Lihat bagian lain untuk lebih detilnya
zav…susah ngak dapet tiket trainnya di china? selain bullet train type G maksud saya,saya lebih prefer type K ato T karna lebih murah..apalagi bulan januari. saya baca-baca karna musim libur,sulit nemu tiketnya
iya nih, saya jg kehabisan kereta..bisa booking dari sini sbnrnya tapi agak susah dan mahal biaya bookingnya 100 ribu sendiri…
emangnya nih lagi dibeijing mau kemana ya zav? apa ke xian atau shanghai? biasanya yg daerah desa gitu yg paling susah karna katanya liburan gini banyak pulang kampung.
itu dia masalahnya..kalo beijing mmg menurut saya paling banyak obyek2 kerennya dibanding tempat lain. ini saya jg kehabisan tiket beijing shanghai…entah gimana nanti..
tempat wisata di beijing padat juga ngak zav skarang? btw udah ada salju turun belon?